Kamis, Oktober 16

KENANGAN MEMBISIK JIWA


Kenangan Membisik Jiwa



Kata tersusun
Terucap ...
Tawa lepas terbang diudara
Isyarat hati memeluk indah jiwa

Mengalun terpaut dalam waktu
Dan tersembunyi didasar symponi hati
Hingga tak bisa dihempaskan
Walau ingin ...
Walau harus ...

Tersembunyi dan melekat
Tirai kegelapan tak bisa menutupi
Walau harus menyesakkan dada

Tapi saat datang menyapa
Indah, kebahagiaan dan sesak
Menyeruak menjadi satu
Hingga tertawa membahana
Senyuman menghiasi
Dan alunan kesedihan mengakhiri

Didasar hati merangkai kata
Kata terpendam ...
Sulit diucapkan
Hanya mencoba menggerakkan kedua bibir
Hingga muncul rangkaian kata
A...ku...me. ..rin...du. ..kan...mu. ..

ANAK KECIL YANG POLOS


Diceritakan oleh seorang ulama sufi zaman dulu:

Aku sedang berjalan bersama puteraku yang masih kecil. Kami berpapasan dengan rombongan pengantar jenazah. Tepat di belakang keranda, kami melihat seorang wanita menangis seraya berkata (kepada mayat yang ada di dalamnya), “Kau sekarang tengah dibawa ke sebuah rumah yang lantainya becek, tak beralas, gelap gulita, tidak punya ruang tamu, tidak tersaji kue, dan tidak ada air.”

Mendengar itu, puteraku pun berkata dengan polosnya, “Ayah, mereka pasti sedang membawa jenazah itu ke rumah kita.”

INDAH BERSAMA


Lepas dari semua yang tercipta
aku hanyalah manusia
aku tidak pernah tau batas gelap
aku tidak pernah tau batas terang
yang aku lihat
yang aku rasa
gelap adalah batas terang
terang adalah batas gelap
dan sesungguhnya
mereka akan lebih indah bila disatukan

puisi ini hanyalah beberapa bait
dari sekian banyak bait yang ditanyakan
oleh seorang manusia tentang hidup ini.

dan puisi ini belum berjudul
dan belum pula berjawab.

jadi mohon bila saudara punya sedikit kata yang ada
untuk judul dan jawaban dari rangkaian bait ini.